Minggu, 15 November 2015

Nashihah

Memaklumi Orang Lain


Faedah dari Abu Qilabah Abdullah bin Zaid al-Jurni

إذا بلغك عن أخيك شيء تكرهه فالتمس له العذر جهدك فإن لم تجد له عذرا فقل في نفسك لعل لأخي عذرا أعلمه

“Jika anda mendapatkan kabar miring tentang seorang muslim maka hendaknya anda bersusah payah untuk memakluminya dengan mengatakan dalam hati ‘boleh jadi dia punya pertimbangan demikian atau demikian’.

Jika setelah bersusah payah anda tidak mendapatkan hal-hal yang bisa jadi alasan orang tersebut melakukan apa yang dia lakukan maka katakanlah dalam hati ‘boleh jadi beliau punya alasan yang belum aku ketahui’.”

(hilyah al-auliya’ 2/285)

artikel: www.pelajar-ipmb.net

Nashihah

Menaklukkan Hati dengan Ilmu

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullahu ta’ala berkata:

إن في نشرك للعلم نشر لدين الله، فتكون من المجاهدين في سبيله، لأنك تفتح القلوب بالعلم، كما يفتح المجاهد البلاد بالسلاح والإيمان

“Sesungguhnya dalam usahamu menyebarkan ilmu syar’i, sama dengan menyebarkan agama Allah, maka engkau termasuk mujahid (pejuang) di jalan Allah, karena engkau membuka hati dengan ilmu, sebagaimana mujahid menaklukkan negeri dengan senjata dan iman.”

(syarhu du’ai qunutil witr, hal 12)

artikel www.pelajar-ipmb.net

Fawaid


Usia 10 Shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam


Usia 10 Shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang paling awal masuk Islam sekaligus dijamin
 masuk surga oleh Nabi dalam satu hadits. Ini adalah usia mereka saat masuk Islam:

shahabat nabi1. Abu Bakar ash-Shiddiq 37 tahun
2. ‘Umar bin Khoththob 27 tahun
3. ‘Utsman bin ‘Affan 34 tahun
4. ‘Ali bin Abi Thalib 10 tahun
5. Thalhah bin ‘Ubaidillah 14 tahun
6. Zubair bin Awwam 16 tahun
7. Sa’ad bin Abi Waqqosh 17 tahun
8. Sa’id bin Za’id 15 tahun
9. Abu ‘Ubaidah bin Jarrah 27 tahun
10. ‘Abdurahman bin Auf 30 tahun

Usia tertua para pembela Nabi dan generasi terbaik dari para shahabat adalah 37 tahun (usia Abu Bakar). Hanya ada dua orang yang usianya di atas 30 tahun; Abu Bakar ash-Shiddiq dan ‘Utsman bin ‘Affan. Sementara ‘Abdurahman bin Auf pas berusia 30 tahun. Dan tujuh orang di bawah 30 tahun. Dari tujuh orang itu, hanya dua orang yang usianya di atas 20 tahun; ‘Umar bin Khoththobb dan Abu ‘Ubaidah bin Jarrah (27 tahun). Dan sisanya –subhanallah– berusia di bawah 20 tahun (10 – 17 tahun). MasyaAllah

repost Parenting Nabawiyah

Para pemuda shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lainnya diantaranya ‘Abdullah bin Mas’ud (14 tahun) yang menjadi ahli tafsir terkemuka, Sa’ad bin Abi Waqqosh (17 tahun) yang menjadi panglima perang yang menundukkan Persia, Ja’far bin Abi Thalib (18 tahun), Zaid bin Haritsah (20 tahun), Mush’ab bin ‘Umair (24 tahun), dan pada masa setelahnya kita mengenal Muhammad al-Fatih (24 tahun) telah menaklukkan kontantinopel. Mereka semua adalah para pemuda pada masa lalu yang memiliki peranan
 sangat penting dan memberikan hasil dari peranannya sangat luar biasa.

artikel: pelajar-ipmb.net

Fawaid


Kisah 8 Dirham

 

Pembaca yang dirahmati Allah ta’ala, Imam as-Suyuti rahimahullah menukil sebuah kisah yang sangat inspiratif dan motivatif yang terjadi ketika zaman khalifah yang ke-4, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ta’ala ‘anhu di dalam kitabnya Tarikh al-Khulafa’. Kisah ini diriwayatkan oleh Imam ath-Thobroni dari Zihr bin Hubaisy.

Dikisahkan bahwa ada dua orang yang sedang duduk-duduk untuk makan siang bersama berupa roti. Orang pertama memiliki 5 roti sedangkan orang kedua memiliki 3 roti. Ketika mereka berdua makan, ada seseorang yang datang dan mengucapkan salam kepada mereka berdua. Lalu mereka berdua mengatakan,”Mari kesinilah, duduk bersama kami untuk menikmati makan siang.” Dan orang itupun makan bersama mereka berdua. Ketiga orang itu makan dari delapan 8 roti tadi dan masing-masing mendapat bagian yang sama. Setelah mereka selesai makan, berdirilah orang ketiga tadi yang akan hendak pergi dan mengeluarkan uang 8 dirham, “Ambillah uang ini, sebagai ganti atas roti yang aku makan tadi.” Kata orang itu kepada mereka berdua dan diberikannya uang itu kepada mereka berdua.

Mulailah mereka berdua berseteru siapa yang berhak atas uang 8 dirham itu.

Si pemilik 5 roti mengatakan,”Aku berhak atas 5 dirham dan engkau 3 dirham.”

Si pemilik 3 roti mengatakan,”Aku tidak ridha kecuali uang 8 dirham itu kita bagi dua sama rata.”

Sampailah pertengkaran itu kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ta’ala ‘anhu. Lalu mereka berdua menceritakan perseteruan itu kepada Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ta’ala a’nhu.

Berkatalah Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ta’ala a’nhu kepada si pemilik 3 roti,”Temanmu telah menawarkan apa yang ia tawarkan, dan rotinya lebih banyak dari rotimu, maka ridha-lah dengan 3 dirham itu.”

Si pemilik 3 roti menjawab, “Demi Allah, aku tidak akan ridha kecuali dengan pembagian yang benar dan adil.”

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ta’ala a’nhu berkata,”Tidak ada pembagian yang benar dan adil kecuali engkau mendapat 1 dirham dan temanmu mendapat 7 dirham.”

“Subhanallah.!” kata si pemilik 3 roti.

“Dia berhak atas itu.” jawab Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ta’ala a’nhu.

“Jelaskan kepadaku bagaimana bisa begitu sampai aku ridha.” kata si pemilik 3 roti.

Kemudian khalifah Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ta’ala a’nhu menjelaskan kepadanya, “Bukankah 8 roti itu adalah 24/3 ? Dan hanya kalian bertiga yang memakan 8 roti itu? Dan diantara kalian tidak ada yang makan lebih banyak ataupun lebih sedikit? Semua makan dengan bagian yang sama?
Dan engkau makan 8/3 roti, serta engkau punya 9/3 roti (3 roti). Dan temanmu juga makan 8/3 roti, serta dia punya 15/3 roti (5 roti). Temanmu makan 8 bagian roti dan sisa 7 bagian, dan 7 bagian itu dimakan si pemilik dirham. Engkau makan 8 bagian dan sisa 1 bagian, dan 1 bagian itu dimakan si pemilik dirham. Maka bagimu 1 dirham karena si pemilik dirham itu hanya makan 1 bagian roti darimu, dan bagi temanmu 7 dirham karena si pemilik dirham itu makan 7 bagian roti dari temanmu.”

“Sekarang saya ridha.” kata si pemilik 3 roti.
(Tarikh al-Khulafa’ hal 143-144)

Subhanallah, kisah yang begitu sangat inspiratif dan motivatif tentang sebuah keadilan. Dan juga menunjukkan kecerdasan matematika shahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ta’ala a’nhu. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Aamiin

(sumber: Buletin Risalah IPMB ke-001 kolom Fawaid)

artikel: pelajar-ipmb.net

Jumat, 13 November 2015

Akhlaq dan Adab


 Mendo’akan Ibu dan Ayah


Kadang kala kita lupa bahkan kita tidak pernah mendo’akan kebaikan untuk kedua orang tua kita. Maka ini merupakan akhlak yang kurang baik yang hendaknya kita jauhi. Seorang anak yang shalih dan shalihah yang ingin berbuat baik kepada Ayah Ibunya, hendaklah juga mendo’akan kedua orang tuanya. Karena berbakti tidak hanya berbuat baik kepada keduanya, akan tetapi juga mendo’akan keduanya.

Masihkah kita ingat hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ﺇﺫﺍ ﻣﺎﺕ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﺍﻧﻘﻄﻊ ﻋﻨﻪ ﻋﻤﻠﻪ ﺇﻻ ﻣﻦ
ﺛﻼﺛﺔ: ﺇﻻ ﻣﻦ ﺻﺪﻗﺔ ﺟﺎﺭﻳﺔ، ﻭ ﻋﻠﻢ ﻳﻨﺘﻔﻊ ﺑﻪ، ﻭ
ﻭﻟﺪ ﺻﺎﻟﺢ ﻳﺪﻋﻮ ﻟﻪ

“Apabila seseorang telah meninggal dunia maka terputuslah semua amal perbuatannya, kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang
bermanfaat, dan anak shalih yang selalu mendo’akannya.”
(HR Muslim 5/73)


Dengan kita mendo’akan kedua orang tua kita, maka sejatinya itulah juga yang akan bermanfaat di akhirat kelak bagi kedua orang tua kita.

Seyogyanya kita mendo’akan kebaikan kepada Ayah Ibu kita. Kita mohonkan ampun kepada Allah untuk keduanya. Kita tengadahkan tangan kita kepada Allah agar merahmati, mengasihi, menyayangi, menjaga serta meridhoi Ayah Ibu kita.

Kita minta kepada Allah Rabb Yang Maha Kaya agar memberi kemudahan rizqi kepada keduanya. Dan juga kita meminta kepada Allah agar keduanya dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga.,

Rabbighfirliy waliwaalidayya warchamhumaa kamaa rabbayaaniy shaghiira..

Allahu a’lam
Semoga bermanfaat.,

artikel: pelajar-ipmb.net